Senyum Adalah Pesan Kebahagiaan Yang Paling Cepat Sampai Ke Hati....
Jangan Menunggu Bahagia Untuk Bisa Tersenyum...
Tetapi Tersenyumlah Untuk Menjemput Kebahagiaan Itu.

Jumat, 16 Maret 2012

RENUNGAN MENJALANG H-1 "PENGUMPULAN DANA GRAHA KASIH RUDANG MAYANG"

Blaise Pascal, Intelektual brilian di abad ke-17 memberikan kontribusi yang sangat berguna dalam ilmu pengetahuan dan matematika. Sebagai orang muda, Pascal memiliki pengalaman indah bersama Yesus. Pengalaman yang mengubahkan hidupnya ini memotivasi Pascal untuk mengalihkan fokus pembelajarannya dari ilmu pengetahuan dan matematika ke ilmu Teologi.
Pascal menulis sebuah Doa yang luar biasa yang dapat membantu setiap kita dalam menghadapi berbagai tugas dalam hidup. ia berdoa "Tuhan, tolong saya untuk melakukan hal-hal besar seakan-akan itu semua adalah hal-hal kecil, karena saya melakukannya dengan kuasa-Mu, juga untuk melakukan hal-hal kecil dengan menganggapnya sebagai hal-hal besar karena saya melakukannya dalam nama-Mu."

Dalam kehidupannya, Pascal selalu belajar mengandalkan Tuhan. Apa yang ia lakukan ternyata juga di lakukan oleh Bunda Teresa. Dalam pelayanannya, Bunda Teresa pernah berkata "Satu hal yang Yesus minta dariku adalah supaya aku menyandarkan diri pada-Nya, supaya aku percaya sepenuhnya hanya kepada-Nya, dan supaya aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bahkan sekalipun merasa seperti sebuah biduk tanpa kompas di tengah badai, kita harus tetap mengggantungkan diri sepenuhnya pada-Nya tanpa mencoba mengendalikan tindakan-tindakan-Nya.

Hidup tanpa bantuan dan penyertaan Tuhan tidak akan membuat kita menjadi siapa-siapa. Oleh karena kekuatan dan kemurahan-Nya saja sehingga kita mampu untuk mencapai setiap impian kita. Pascal dan Bunda Teresa selalu mengikutsertakan Tuhan di sepanjang pelayanan dan pekerjaan mereka. Bagaimana dengan kita?

Begitu jugalah dengan kepanitiaan "Pengumpulan Dana Graha Kasih Rudang Mayang". Mari kita berdoa dan melakukan yang terbaik buat kemuliaan Tuhan. Agar terpenuhi apa harapan-harapan PERMATA di Palembang. Berbahagialah kita, karena kita bisa terlibat di dalam acara pengumpulan dana ini, karena Tuhan sudah merancang itu buat kita. Berbahagialah kita karena Tuhan masih menyuruh kita berbagi. :) Berbahagialah kita yang jadi Panita dan jadi Donatur. Itu tandanya Tuhan sayang kepada kita. Panitia Semangat !!!!! ^_^

"Diberkatilah orang yang mengandalakan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan" (Yeremia 17:7)

Selasa, 06 Maret 2012

Modus Baru Penipuan Lewat Facebook

      Tadi malam, saya di telfon oleh salah satu teman yang ada diluar kota. Tempatnya di Palangkaraya (Kalimantan). Dia menanyakan pada saya, “Kam tau tidak dimana kampung KEMPAWA?” lalu saya jawab : ya saya tau, emang ada apa dengan kampung KEMPAWA? (kempawa adalah salah satu desa di kabupaten Dairi yang dominan di diami oleh suku karo, Sumut) lalu berceritalah teman saya ini, ternyata ada seorang anak laki-laki yang jadi korban penipuan lewat jejaring sosial “facebook”.

Bagaimana ceritanya kok kam bisa tau? Tanya saya pada teman yang di Palangkaraya tadi. Begini ceritanya, Ada seorang anak laki-laki dengan umur berkisar 23 Thn, dengan nama ****** Sembiring dan tinggal di kampung KEMPAWA (Sumut). Sudah menjalin hubungan kasih dengan seorang gadis bernama ***** br Sitepu yang mengatakan tinggal di Palangkaraya (Kalimantan). Dan perkenalan mereka diawali dari situs jejaring sosial “facebook”

Sekitar 4 bulan lamanya mereka sudah menjalin hubungan jarak jauh. Si Sembiring yang keseharianya pergi keladang/bertani dan penggembala sapi begitu tulus mencintai br Sitepu yang sedang kuliah. Dan ternyata si br Sitepu juga sudah sering berkomunikasi dengan orang tua si Sembiring lewat telfon. Selain itu juga Sembiring sering mengirimkan uang kepada br Sitepu lewat Pos (cinta mengalahkan akal pikiran). Pada tanggal 5 Januari 2012 si Sembiring berbicara lewat telfon dengan si Sitepu, mereka sudah sepakat menjalani hubungan mereka ke jenjang yang lebih jauh, yaitu Pernikahan.

Si br Sitepu berkata “kalau memang kam serius dan mau menikah denganku, mari jemput aku ke Palangkaraya biar sama-sama kita pulang dan menikah” itulah perkataan br Sitepu. Malam hari di tanggal 5 Januari 2012, si Sembiring menemui kedua orang tuanya dan mengutarakan niatnya untuk pergi ke Palangkaraya pada tanggal 7 Januari 2012 menemui dan menjemput kekasih hati si br Sitepu. Tapi orang tuanya melarang kepergianya, tapi si Sembiring tidak perduli. Dia tetap pada pendiriaanya.
Tanggal 6 Januari 2012, si Sembiring menjual beberapa ekor Sapi nya. Dengan maksud untuk membeli tiket pesawat pulang pergi dan biaya selama di jalan dan biaya lain-lain. Si Sembiring berpamitan dengan orang tua juga dengan teman-temannya di kampung. Banyak nasehat-nasehat dari teman-temanya si sembiring, salah satunya termasuk menyimpan uang di dalam kaus kaki yang dipakainya :) dan di dompetnya hanya uang pecahan 1000an yang disimpan.

Berangkatlah si Sembiring ke kota Medan. Sesampai kota Medan, dia langsung menuju ke bandara Polonia menggunakan jasa becak motor roda 3 yang ada di padang bulan, tidak ketinggalan juga oleh-oleh si Sembiring, ada nenas, manggis, pisang, apel dan jeruk yang dimasukkan ke dalam 2 kardus indomie, dan selendang khas suku karo (UIS GARA atau Beka buluh) yang dililitkan di bahu sampai lehernya. Sesampai di Bandara Polonia si Sembiring menelpon kekasihnya si br Sitepu, dengan maksud mengatakan bahwa si sembiring sudah di Bandara Polonia dan lagi membeli tiket pesawat dengan tujuan Palangkaraya. Dan si br Sitepu mengatakan kalau dia sudah ada dan menunggu kedatangan si Sembiring di Bandara Udara Tjilik Riwut, Palangkaraya.

Pesawat yang membawa si Sembiring dari kota Medan mulai lepas landas dan terbang menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Di Jakarta dia melanjutkan penerbanganya dengan maskapai yang sama setelah para penumpang yang menuju Palangkaraya sudah masuk ke pesawat.
Di dalam perjalanan tiba-tiba terdengar suara dari speaker yang ada di dalam kabin penumpang “Sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Udara Tjilik Riwut Palangkaraya, silahkan kembali ke tempat duduk anda dan kenakan sabuk pengaman/pinggang anda terima kasih”. Berdebar-debar jantung si Sembiring setelah mendengar suara di speaker itu. Akhirnya pesawat mendarat dengan selamat dan berhenti.
Dan turunlah semua penumpang dari dalam pesawat menggunakan tangga dorong pesawat yg sudah disediakan. Si Sembiring lalu menghidupkan handphone nya dan menelfon kekasihnya si br Sitepu. Tapi apa yang terjadi ?? Ternyata no telfon yang dituju sudah tidak aktif atau dalam posisi off/mati. Berulang kali dicoba untuk menelfon si br Sitepu, tetapi tetap saja tidak masuk-masuk juga. Dengan mencoba menenangkan diri si Sembiring mengambil tasnya dan 2 buah kardus oleh-olehnya di tempat ekskalator barang. Tidak lupa, dia semakin melebarkan UIS GARA yang dia selendangkan dibadanya tadi agar semakin terlihat si br Sitepu pikirnya. Dan berjalanlah dia menuju pintu keluar dari ruangan. Dan dicobanya lagi menelfon si br Sitepu sambil berjalan-jalan mengitari keramaian orang-orang di Bandara tersebut. Tapi tetap saja tidak ada jawaban. Menangislah si Sembiring, dia sudah panik. Tidak tau harus bagaimana lagi.

Dalam tangisannya yang tersedu-sedu di salah satu sudut di bandara Palangkaraya tersebut, ada salah seorang supir taksi menghampirinya dan bertanya. “Kenapa kamu menangis? Ada apa?” kemudian si Sembiring menjawab dengan menggunakan bahasa indonesia yang masih kental ke karo anya, “Ada orang karo disini bang? Bisa kam antarkan aku menemuinya? Aku sudah tersesat, Aku tidak ada kenal orang disini jawabnya sambil terus menangis dan sesekali mengusap air matanya dengan UIS GARA yg ada dibadannya.
Secara kebetulan atau tidak, ternyata supir taksi tersebut adalah langganan teman saya yang juga orang karo. Si supir taksi langsung menelpon teman saya tadi dan menceritakan tentang kejadian yang menimpa si Sembiring. Karena memang teman saya lagi sibuk dalam pekerjaanya, teman saya menyuruh agar si supir taksi membawa si Sembiring ke Kapolda Palangkaraya dan nanti bertemu disana kata teman saya.
Dengan bantuan supir taksi tadi, si Sembiring diantar ke Kapolda Palangkaraya. Si Sembiring masih terus menangis.

Sesampai di Kapolda, Si Sembiring menatap semua orang yang ada di situ, dan tidak ada 1 pun yang dikenalnya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya hingga bajunya. Dan tibalah teman saya tadi dengan kakaknya juga abang iparnya bermarga Sembiring yang juga polisi berpangkat Mayor di Kapolda tersebut. Mereka langsung menemui si Sembiring yang masih menangis tersedu-sedu. Setelah bertemu, si Sembiring langsung memeluk teman saya (padahal teman saya ini perempuan loh, uga e sembiring?) dan berkata : “Aku mau pulang ke KEMPAWA hu..hu..hu..” sambil terus menangis si Sembiring berkata, “Asal bisa aku pulang ke kampung, Jadi tukang cuci bajundu dan piringndu juga aku mau, menyapu rumah dan mengepel rumahndu juga aku mau asal aku bisa pulang kata si Sembiring terisak-isak tangisnya pada teman saya. Lalu teman saya berkata, “ia kam tenang dulu, kam pasti pulang. Tapi coba kam ceritakan dulu kenapa kam bisa sampai di Palangkaraya ini?” Begitu teman saya bertanya pada si Sembiring.

Lalu berceritalah si Sembiring mengenai niat kedatangannya menemui si br Sitepu. Dan ahirnya teman saya meminta no telfon si br Sitepu, dan menelfonya dengan perbincangan yang cukup singkat. Ternyata diambil kesimpulan, si Sembiring telah DI TIPU! Karna si br Sitepu itu bukannya di Palangkaraya, tetapi di Batam. Si br Sitepu juga acuh terhadap omongan teman saya yang mengatakan si Sembiring mencari br Sitepu ke Palangkaraya. Dan apa jawaban br Sitepu? “siapa suruh percaya katanya enteng” si Sembiring menunjukkan Profil facebook si br Sitepu dari handpone nya. “Ini foto pacarku tadi kak kata si Sembiring pada temanku, dan alangkah kagetnya temanku. “itu kan artis, namanya Mika Tembayong (sinetron Nada-nada cinta) dalam waktu yang bersamaan polisi juga melacak no handphone si br Sitepu dan ternyata memang benar. Dari hasil lacakan di Kapolda itu, si br Sitepu ada di Batam. Dan polisi di tempat mereka sekarang berada berkata kepada si Sembiring, “apa kam mau ini ditindak lanjuti?” si Sembiring menjawab, tidak usah bang. Aku mau pulang ke KEMPAWA saja.

Padahal jika kamu mau ini ditindak lanjuti, dalam waktu 15 menit dia sudah pasti polisi Batam tangkap kata kapolda Palangkaraya, tetapi tetap saja si Sembiring menjawab tidak usah (mungkin gara-gara cinta mati kali ya he..) dia tidak mau tersakiti wanita yang dicintainya. Dia rela jika dia yang tersakiti. Dan si Sembiring cuma minta pulang. Teman saya bertanya, ada uangndu beli tiketndu dek? Kalau tidak ada, biar kami yang ambil kata Kapolda Palangkaraya.

Cukup segini kan kak? Si Sembiring mengeluarkan uang dari dalam kaus kakinya. Semua polisi tersenyum padanya karena uang disimpan di dalam kaus kaki. Malam itu dia menginap di rumah salah satu orang karo bermarga Tarigan, dan malam itu juga si Sembiring menelfon ke orang tuanya di KEMPAWA, yang ada orang tuanya malah marah-marah dan mengomeli dia, anak yang tidak pernah mendengarkan kata orang tua! Kau jual sapi/lembu mu, sia-sia semuanya kata orang tuanya. Dan keesokan harinya berangkatlah dia ke Medan. Tiket juga sudah ditangannya.. Kisah yang menurut saya banyak makna dibalik cerita ini. Bukan maksud saya menyerang atau menjelek-jelekkan 1 pihak, tapi mari kita ambil sisi positif dari cerita ini. Terima kasih.