Tadi malam, saya di telfon oleh salah satu teman yang ada
diluar kota. Tempatnya di Palangkaraya (Kalimantan). Dia menanyakan pada
saya, “Kam tau tidak dimana kampung KEMPAWA?” lalu saya jawab : ya saya
tau, emang ada apa dengan kampung KEMPAWA? (kempawa adalah salah satu
desa di kabupaten Dairi yang dominan di diami oleh suku karo, Sumut)
lalu berceritalah teman saya ini, ternyata ada seorang anak laki-laki
yang jadi korban penipuan lewat jejaring sosial “facebook”.
Bagaimana ceritanya kok kam bisa tau? Tanya saya pada teman yang di
Palangkaraya tadi. Begini ceritanya, Ada seorang anak laki-laki dengan
umur berkisar 23 Thn, dengan nama ****** Sembiring dan tinggal di
kampung KEMPAWA (Sumut). Sudah menjalin hubungan kasih dengan seorang
gadis bernama ***** br Sitepu yang mengatakan tinggal di Palangkaraya
(Kalimantan). Dan perkenalan mereka diawali dari situs jejaring sosial
“facebook”
Sekitar 4 bulan lamanya mereka sudah menjalin hubungan jarak jauh. Si
Sembiring yang keseharianya pergi keladang/bertani dan penggembala sapi
begitu tulus mencintai br Sitepu yang sedang kuliah. Dan ternyata si br
Sitepu juga sudah sering berkomunikasi dengan orang tua si Sembiring
lewat telfon. Selain itu juga Sembiring sering mengirimkan uang kepada
br Sitepu lewat Pos (cinta mengalahkan akal pikiran). Pada tanggal 5
Januari 2012 si Sembiring berbicara lewat telfon dengan si Sitepu,
mereka sudah sepakat menjalani hubungan mereka ke jenjang yang lebih
jauh, yaitu Pernikahan.
Si br Sitepu berkata “kalau memang kam serius dan mau menikah denganku,
mari jemput aku ke Palangkaraya biar sama-sama kita pulang dan menikah”
itulah perkataan br Sitepu. Malam hari di tanggal 5 Januari 2012, si
Sembiring menemui kedua orang tuanya dan mengutarakan niatnya untuk
pergi ke Palangkaraya pada tanggal 7 Januari 2012 menemui dan menjemput
kekasih hati si br Sitepu. Tapi orang tuanya melarang kepergianya, tapi
si Sembiring tidak perduli. Dia tetap pada pendiriaanya.
Tanggal 6 Januari 2012, si Sembiring menjual beberapa ekor Sapi nya.
Dengan maksud untuk membeli tiket pesawat pulang pergi dan biaya selama
di jalan dan biaya lain-lain. Si Sembiring berpamitan dengan orang tua
juga dengan teman-temannya di kampung. Banyak nasehat-nasehat dari
teman-temanya si sembiring, salah satunya termasuk menyimpan uang di
dalam kaus kaki yang dipakainya :) dan di dompetnya hanya uang pecahan
1000an yang disimpan.
Berangkatlah si Sembiring ke kota Medan. Sesampai kota Medan, dia
langsung menuju ke bandara Polonia menggunakan jasa becak motor roda 3
yang ada di padang bulan, tidak ketinggalan juga oleh-oleh si Sembiring,
ada nenas, manggis, pisang, apel dan jeruk yang dimasukkan ke dalam 2
kardus indomie, dan selendang khas suku karo (UIS GARA atau Beka buluh)
yang dililitkan di bahu sampai lehernya. Sesampai di Bandara Polonia si
Sembiring menelpon kekasihnya si br Sitepu, dengan maksud mengatakan
bahwa si sembiring sudah di Bandara Polonia dan lagi membeli tiket
pesawat dengan tujuan Palangkaraya. Dan si br Sitepu mengatakan kalau
dia sudah ada dan menunggu kedatangan si Sembiring di Bandara Udara
Tjilik Riwut, Palangkaraya.
Pesawat yang membawa si Sembiring dari kota Medan mulai lepas landas dan
terbang menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Di Jakarta dia
melanjutkan penerbanganya dengan maskapai yang sama setelah para
penumpang yang menuju Palangkaraya sudah masuk ke pesawat.
Di dalam perjalanan tiba-tiba terdengar suara dari speaker yang ada di
dalam kabin penumpang “Sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara
Udara Tjilik Riwut Palangkaraya, silahkan kembali ke tempat duduk anda
dan kenakan sabuk pengaman/pinggang anda terima kasih”. Berdebar-debar
jantung si Sembiring setelah mendengar suara di speaker itu. Akhirnya
pesawat mendarat dengan selamat dan berhenti.
Dan turunlah semua penumpang dari dalam pesawat menggunakan tangga
dorong pesawat yg sudah disediakan. Si Sembiring lalu menghidupkan
handphone nya dan menelfon kekasihnya si br Sitepu. Tapi apa yang
terjadi ?? Ternyata no telfon yang dituju sudah tidak aktif atau dalam
posisi off/mati. Berulang kali dicoba untuk menelfon si br Sitepu,
tetapi tetap saja tidak masuk-masuk juga. Dengan mencoba menenangkan
diri si Sembiring mengambil tasnya dan 2 buah kardus oleh-olehnya di
tempat ekskalator barang. Tidak lupa, dia semakin melebarkan UIS GARA
yang dia selendangkan dibadanya tadi agar semakin terlihat si br Sitepu
pikirnya. Dan berjalanlah dia menuju pintu keluar dari ruangan. Dan
dicobanya lagi menelfon si br Sitepu sambil berjalan-jalan mengitari
keramaian orang-orang di Bandara tersebut. Tapi tetap saja tidak ada
jawaban. Menangislah si Sembiring, dia sudah panik. Tidak tau harus
bagaimana lagi.
Dalam tangisannya yang tersedu-sedu di salah satu sudut di bandara
Palangkaraya tersebut, ada salah seorang supir taksi menghampirinya dan
bertanya. “Kenapa kamu menangis? Ada apa?” kemudian si Sembiring
menjawab dengan menggunakan bahasa indonesia yang masih kental ke karo
anya, “Ada orang karo disini bang? Bisa kam antarkan aku menemuinya? Aku
sudah tersesat, Aku tidak ada kenal orang disini jawabnya sambil terus
menangis dan sesekali mengusap air matanya dengan UIS GARA yg ada
dibadannya.
Secara kebetulan atau tidak, ternyata supir taksi tersebut adalah
langganan teman saya yang juga orang karo. Si supir taksi langsung
menelpon teman saya tadi dan menceritakan tentang kejadian yang menimpa
si Sembiring. Karena memang teman saya lagi sibuk dalam pekerjaanya,
teman saya menyuruh agar si supir taksi membawa si Sembiring ke Kapolda
Palangkaraya dan nanti bertemu disana kata teman saya.
Dengan bantuan supir taksi tadi, si Sembiring diantar ke Kapolda Palangkaraya. Si Sembiring masih terus menangis.
Sesampai di Kapolda, Si Sembiring menatap semua orang yang ada di situ,
dan tidak ada 1 pun yang dikenalnya. Air matanya terus mengalir
membasahi pipinya hingga bajunya. Dan tibalah teman saya tadi dengan
kakaknya juga abang iparnya bermarga Sembiring yang juga polisi
berpangkat Mayor di Kapolda tersebut. Mereka langsung menemui si
Sembiring yang masih menangis tersedu-sedu. Setelah bertemu, si
Sembiring langsung memeluk teman saya (padahal teman saya ini perempuan
loh, uga e sembiring?) dan berkata : “Aku mau pulang ke KEMPAWA
hu..hu..hu..” sambil terus menangis si Sembiring berkata, “Asal bisa aku
pulang ke kampung, Jadi tukang cuci bajundu dan piringndu juga aku mau,
menyapu rumah dan mengepel rumahndu juga aku mau asal aku bisa pulang
kata si Sembiring terisak-isak tangisnya pada teman saya. Lalu teman
saya berkata, “ia kam tenang dulu, kam pasti pulang. Tapi coba kam
ceritakan dulu kenapa kam bisa sampai di Palangkaraya ini?” Begitu teman
saya bertanya pada si Sembiring.
Lalu berceritalah si Sembiring mengenai niat kedatangannya menemui si br
Sitepu. Dan ahirnya teman saya meminta no telfon si br Sitepu, dan
menelfonya dengan perbincangan yang cukup singkat. Ternyata diambil
kesimpulan, si Sembiring telah DI TIPU! Karna si br Sitepu itu bukannya
di Palangkaraya, tetapi di Batam. Si br Sitepu juga acuh terhadap
omongan teman saya yang mengatakan si Sembiring mencari br Sitepu ke
Palangkaraya. Dan apa jawaban br Sitepu? “siapa suruh percaya katanya
enteng” si Sembiring menunjukkan Profil facebook si br Sitepu dari
handpone nya. “Ini foto pacarku tadi kak kata si Sembiring pada temanku,
dan alangkah kagetnya temanku. “itu kan artis, namanya Mika Tembayong
(sinetron Nada-nada cinta) dalam waktu yang bersamaan polisi juga
melacak no handphone si br Sitepu dan ternyata memang benar. Dari hasil
lacakan di Kapolda itu, si br Sitepu ada di Batam. Dan polisi di tempat
mereka sekarang berada berkata kepada si Sembiring, “apa kam mau ini
ditindak lanjuti?” si Sembiring menjawab, tidak usah bang. Aku mau
pulang ke KEMPAWA saja.
Padahal jika kamu mau ini ditindak lanjuti, dalam waktu 15 menit dia
sudah pasti polisi Batam tangkap kata kapolda Palangkaraya, tetapi tetap
saja si Sembiring menjawab tidak usah (mungkin gara-gara cinta mati
kali ya he..) dia tidak mau tersakiti wanita yang dicintainya. Dia rela
jika dia yang tersakiti. Dan si Sembiring cuma minta pulang. Teman saya
bertanya, ada uangndu beli tiketndu dek? Kalau tidak ada, biar kami yang
ambil kata Kapolda Palangkaraya.
Cukup segini kan kak? Si Sembiring mengeluarkan uang dari dalam kaus
kakinya. Semua polisi tersenyum padanya karena uang disimpan di dalam
kaus kaki. Malam itu dia menginap di rumah salah satu orang karo
bermarga Tarigan, dan malam itu juga si Sembiring menelfon ke orang
tuanya di KEMPAWA, yang ada orang tuanya malah marah-marah dan mengomeli
dia, anak yang tidak pernah mendengarkan kata orang tua! Kau jual
sapi/lembu mu, sia-sia semuanya kata orang tuanya. Dan keesokan harinya
berangkatlah dia ke Medan. Tiket juga sudah ditangannya.. Kisah yang
menurut saya banyak makna dibalik cerita ini. Bukan maksud saya
menyerang atau menjelek-jelekkan 1 pihak, tapi mari kita ambil sisi
positif dari cerita ini. Terima kasih.